Minggu, 17 Juni 2012

The Founders


Oleh para bapak pendiri bangsa, Indonesia terkonsep sebagai sebuah negara yang terdiri dari berbagi suku bangsa, bahasa, dan agama. Keragaman ini menjadi kekayaan yang luar biasa. Tapi, Bung Karno pun mengakui bahwa tidaklah mudah mempersatukan perbedaan itu. Itulah yang melatari pemikiran mengenai konsep Bhineka Tunggal Ika. Dengan berpegang asas itu, Indonesia dapat menjadi besar sampai saat ini.
Konsep Bhineka Tunggal Ika itu pulalah yang mendasari pemikiran Julianto Eka Putra untuk menghadirkan “Indonesia Mini” dalam rupa sekolah gratis yang merupakan representasi dari VISI 2010, Sekolah SMU Selamat Pagi Indonesia. Memberikan kesempatan bersekolah gratis bagi anak-anak berprestasi yang kurang mampu, SMU SPI menawarkan sistem pedagogi yang berwawasan Pancasila.
Berjiwa Pancasila
Pada 1 Juni 2007 lalu, bertepatan dengan lahirnya Pancasila, Sekolah Visi 2010 lahir. Bertempat di Batu, Malang, sekolah yang diperuntukkan bagi anak-anak yatim piatu dari seluruh Indonesia ini menjadi bukti nyata sikap cinta dan kepedulian keluarga besar High-Desert. Anak kurang mampu yang bersekolah di sekolah ini akan memperoleh pendidikan gratis dengan fasilitas dan kualitas yang memadai.
Pembangunan sekolah yang berdiri di tanah seluar 3.3 hektar ini terselenggara berkat dukungan dari semua anggota besar High-Desert dan support system Billionaires. Seluruh dana yang dikumpulkan dari para founder, dipertanggungjawabkan secara benar oleh panitia pembangunan sekolah VISI 2010. Proyek ini hampir semuanya merupakan partisipasi dari semua anggota keluarga besar HD.
Pada 1 Juli 2007, sekolah dan asrama VISI 2010 mulai dihuni oleh 28 anak dari berbagai latar belakang suku dan budaya. Keduapuluhdelapan anak tersebut merupakan hasil seleksi dari panitia penerimaan siswa sekolah VISI 2010. Selain belajar sesuai kurikulum sekolah umum, siswa di sana juga akan dibekali berbagai ketrampilan, seperti ketrampilan beternak dan bercocok tanam. Tak hanya itu, para siswa juga dilatih untuk berwirausaha dan menciptakan lapangan kerja mandiri. Saat ini, SMU SPI sedang mengembangkan produksi keripik , minyak angin, pelatihan SDM, dan kawasan rekreasi edukatif KampoengKidz.
Sekolah Berwawasan Bhineka Tunggal Ika
Dengan berbekal keprihatinan atas dahsyatnya efek kerusuhan 1998 yang masuk pada konflik SARA, Julianto dan rekan-rekan membawa sebuah konsep kerbersatuan dalam keragaman dalam SMU SPI, Bhineka Tunggal Ika. “Ada suatu kerinduan untuk menciptakan Indonesia yang makin baik saat itu,” tutur Julianto.
Apa yang dimaksud dengan konsep Bhineka Tunggal Ika dalam SMU SPI? Wawasan Bhineka Tunggal Ika menempatkan penghargaan setinggi-tingginya pada hak setiap orang yang berbeda-beda. Walaupun berbeda, setiap orang mempunyai hak yang sama sebagai manusia dan warga negara Indonesia, termasuk hak untuk menjalankan agamasesuai dengan keyakinannya.
Konsep pendidikan berwawasan Bhineka Tunggal Ika dalam SMU SPI ini tidaklah tanpa hambatan. Isu mengenai propaganda kristenisasi dan gerakan islam garis keras pernah menerpa sekolah yang kebetulan sedaerah dengan tempat tertangkapnya gembong teroris internasional, Dr. Azhari. Namun, dengan dukungan dari berbagai pihak, isu itu pun dapat ditepis.
Peran media massa dalam mengklarifikasi perihal ini juga sangat besar. Dengan obyektif, Harian Jawa Pos yang terbit pada 11 Februari 2011 mengupas kembali konsep Bhineka Tunggal Ika dalam SMU Selamat Pagi Indonesia (lihat: Insert Harian Jawa Pos di bawah). Saat ini, Indonesia sedang mengalami krisis identitas bangsa karena masyarakat sudah mulai meninggalkan nilai-nilai keutamaan berbangsa. Dengan menanamkan konsep Bhineka Tunggal Ika kembali dalam generasi muda, harapan Indonesia untuk menjadi lebih baik akan semakin besar.

Bersama Bp. Wendi Owner dari Restaurant Bandar Djakarta, salah satu Founder SMA SPI.

“Saya berangan-angan SPI dapat menjadi teladan bagi siapa saja yang mendambakan kedamaian dalam perbedaan”
(Julianto Eka Putra)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar